Pagi-pagi saya membaca Kompas, terpetik cerita tentang kesejahteraan prajurit kita. Hati terenyuh, betapa tidak, selama ini masyarakat mungkin tidak/belum memahami keberadaan TNI di tengah bangsa. Ketika negara aman, prajurit adalah tempat caci-maki. Tapi ketika perang berkecamuk, prajurit jadi tumpuan harapan. Ketika kita asyik berpesta di hotel, kita tidak pernah ingat, bahwa disebelah sana ada prajurit TNI yang sedang berperang untuk membela negara. Kita lupa bahwa mereka juga manusia biasa, yang punya keluarga, punya isteri dan anak-anak, yang sedang menunggu mereka..........pulang dengan selamat. Taruhan mereka adalah "nyawa", isteri dan anak-anaknya harus setiap saat "siap"untuk menerima kenyataan "bapaknya gugur" di medan perang.
Apa timbal balik kita, bangsa, negara terhadap pengabdian mereka ?
Kita suka mendengar, membaca berita bahwa ada sekelompok orang begitu tidak suka dengan TNI, bahkan mereka tidak segan-segan menjual bangsa dan negara mereka sendiri, atas nama Hak asasi manusia, kepada "pemberi dana" untuk jerih payah mereka membocorkan rahasia, data dan berita tentang negara mereka sendiri.
Saya tulis cerita ini, karena saya sangat mengerti sekali dengan keluarga-keluarga prajurit. Saya pernah tahu tentang ksejahteraan mereka yang "sebenarnya". Oh my God...........sangat sangat memprihatinkan. Sehingga saya berpendapat, bisnis TNI adalah sah-sah saja jika itu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit, bukan memperkaya para jenderal. Kasihan.............